Untuk menyukseskan program upaya khusus
(Upsus) swasembada pangan, pemerintah menggandeng perguruan tinggi
untuk melakukan pengawalan. Tidak terkecuali dengan Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian (STTP).
Kepala STPP Malang, Siti Munifah mengatakan, pihaknya juga
ikut berperan dalam mendukung Upsus peningkatan produksi padi, jagung
dan kedelai. Dengan 170 tenaga pengajar dan 702 mahasiswa, ada 292
tenaga pengajar dan dosen yang membantu pendampingan program upsus padi,
jagung dan kedelai di 29 kabupaten di Jawa Timur.
Menurutnya, tugas tim pendamping perguruan tinggi yaitu
bersama-sama petani mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam upaya
peningkatan produksi padi, berkoordinasi dengan tim sarana dan prasarana
dalam rangka pemecahan masalah. Selain itu menyusun rencana tindak
lanjut, membuat laporan pendampingan secara teknis.
Siti saat kunjungan Pers Badan Penyuluhan dan Pengembangan
SDM Pertanian, beberapa waktu lalu mengungkapkan, tugas dan kegiatan
lain yang harus dilakukan tim pendamping perguruan tinggi adalah
penyampaian dan penyebaran informasi inovasi teknologi; fasilitasi
proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha; pemberian rekomendasi
dan aksesibilitas sumber teknologi; koordinasi mimbar sarasehan;
perakitan materi/media dan alat bantu penyuluhan spesifik lokasi;
layanan klinik konsultasi agribisnis; dan pemutakhiran data.
Kegiatan pendampingan Upsus swasembada padi dan peningkatan
produksi jagung dan kedelai APBN-P 2015 yaitu memantau pembangunan
rehabilitasi jaringan irigasi tersier; memantau kegiatan optimasi lahan;
memantau kegiatan GP-PTT padi, jagung dan kedelai.
Tim juga mengawal distribusi benih padi dan jagung, memantau
optimasi Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman
(PAT-PIP) kedelai; bantuan pupuk untuk padi dan jagung; memantau
pengembangan System of Rice Intensification (SRI) dan memantau pendistribusian bantuan Alsintan (traktor roda 4, traktor roda 2, rice transplenter, combine harvester, dryer, corn sheller).
“Tim dari kami juga ikut aktif dalam pengendalian OPT dan
dampak perubahan iklim, mendukung kegiatan penyuluhan dan diklat teknis
lapangan, menjalin kemitraan dengan perguruan tinggi lain, TNI,
institusi terkait,” katanya.
Dengan adanya pendampingan Siti berharap, output-nya adalah
percepatan tanam jajar legowo dan tanam serentak, aplikasi sistem
irigasi berselang dan macak-macak, penggunaan pupuk berimbang dan
spesifik lokasi rekomendasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(Balitbangtan).
Dalam pendampingan tersebut, mahasiswa bertugas untuk
membantu PPL dalam pengawalan dan pendampingan pelaksanaan GP-PTT, POL,
RJIT dan Denfarm; membantu PPL dalam pengembangan kelembagaan petani;
membantu PPK dalam mengembangkan jejaring dan kemitraan dengan pelaku
usaha; mengembangkan model pemberdayaan petani.
Adapun PPL melaksanakan pengawalan dan pendampingan
pelaksanaan Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT),
Pengembangan Optimasi Lahan (POL), Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier
(RJIT) dan Denfarm; meningkatkan kemampuan kelembagaan petani seperti
Kelompok Tani (Poktan), Gabungan Poktan (Gapoktan), Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Gabungan P3A (GP3A); mengembangkan jejaring dan kemitraan dengan pelaku usaha.
Adapun Babinsa bertugas menggerakkan dan memotivasi petani
untuk melaksanakan tanam serentak, perbaikan dan pemeliharaan jaringan
irigasi, gerakan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan
panen; melaksanakan pengamanan berupa penyaluran benih, pupuk dan alat
mesin pertanian (Alsintan), infrastruktur jaringan irigasi; melakukan
pengawasan terhadap pemberkasan administrasi dan penyaluran bantuan
kepada penerima manfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar